milik keluarga pak Rustam dan Keluarga pak Matasan, kebetulan lokasi di depan rumah beliau
sendiri hanya berseberangan jalan dan Beliau mendatanginya bermaksud untuk membeli
tanah tersebut, setelah mengetahui tanah tersebut mau di beli H.Abdurrahman untuk dibuat
masjid maka keluarga beliau tidak mau menjual tanah tersebut akan tetapi malah langsung
menyerahkan secara sukarela dan langsung secara lisan (diwakafkan) untuk dibangun masjid
kepada H.Abdurrahman (penerima wakaf) dan akhirnya uang yang mau dipakai membayar
tanah tersebut digunakan untuk membiayai pembangunan masjid tersebut. Dibantu putraputra beliau, para tokoh dan masyarakat lain mulai dikerjakan pembangunan masjid diawali
dengan pengurukan tanah yang rendah tersebut diambilkan dari tanah dataran lebih tinggi
milik H.Abdurrahman di utara rumah beliau.
Selanjutnya pembangunan masjid tersebut selesai pada tahun 1956 dan diberi nama
masjid DARUL HIKMAH Urek-Urek dengan ketua ta’mir yang pertama Menantu Beliau yang
bernama H. Imam Sholeh (suami Hj.Zaenab) dan digunakan untuk kegiatan peribadatan dan
keagamaan lain oleh masyarakat Urek-Urek. Untuk melengkapi tempat mengaji dan belajar
beliau juga langsung mendirikan Madrasah MIFTAHUL ULUM (selesai tahun 1958) sehingga
masjid dan madrasah ini satu paket bidang keagmaan yang saling melengkapi, madrasah
sebagai sawah ladangnya dan masjid sebagai Lumbung / Gudangnya. Lokasi madrasah di
tanah milik beliau sendiri yang berada di Utara komplek rumah beliau serta membuatkan
kamar / gute’an untuk tempat tinggal para guru / Ustadz yang membantu mengajar dan
dengan perkembangannya waktu tempat Pendidikan MIFTAHUL ULUM diperluas di utaranya
lagi dari tanah milik putra beliau yaitu H. Umar dan Bapak Shohib. Pada saat itu sudah
direncanakan dibelakang masjid nanti digunakan untuk tempat makam H. Abdurrahman dan
Kyai Musthofa. Akan tetapi dikarenakan suatu hal atau permasalahan setelah menikah Kyai
Mustofa pindah tempat tinggal yang dulu di komplek kediaman H.Abdurrahman pindah di
utara-nya masjid dan selanjutnya beliau pindah / pindah ke rumah anaknya di Legok kepanjen
hingga beliau wafat dan di makamkan disana. Dan H.Abdurrahman setelah wafat tidak jadi
dimakamkan dibelakang masjid tapi dimakamkan di pemakaman umum desa urek-urek
krajan.
Dengan perkembangan waktu dan regenerasi situasi saat itu H. Imam sholeh selaku
ketua ta’mir masjid jatuh sakit maka selanjutnya pada generasi kedua ini dipilihlah Kyai Haji
Abdullah Amin (santri Kyai Haji Moh.Said, Ketapang) untuk menjadi ketua ta’mir masjid
sekaligus imam masjid DARUL HIKMAH tersebut kebetulan beliau menantu dari Bapak Shohib
(suami Hj.Sholikhah) / cucu H.Abdurrahman sendiri dan menempati rumah di depan masjid
di selatan rumahnya Alm H.Abdurrahman yang saat itu ditempati putra beliau H.Umar. Kyai
Haji Abdullah Amin juga dipercaya menjadi guru sekaligus ketua pengurus pertama Madrasah
MIFTAHUL ULUM tersebut. Selain itu beliau juga menjadi Muharriq Nahdlotul Ulama
tepatnya sebagai ketua Tanfidziyah NU Ranting Urek-Urek krajan dan beliau aktif di kegiatan
pengajian dan keagamaan lainnya,beliau wafat dan dimakamkan dipemakaman pribadi
depan rumah beliau di RT.25 Urek-urek.
Perkembangan waktu selanjutnya ketua ta’mir masjid dipercayakan pada kyai Nastain,
dan nama masjid berubah menjadi masjid AL-MUSTHOFA, tidak tau siapa dan kapan
perubahan nama tersebut, (awalnya kyai Nastain dibawa oleh H.Imam Sholeh sekitar tahun
1965 membantu mengajar di madrasah) dan awalnya bertempat di kamar / gute’an yang
disediakan H.Abdurrahman untuk para guru tersebut, selanjutnya beliau menikah dengan siti
zubaidah (putri pak mustaqim RT.26) yang inten dan tlaten dengan jamaah pengajian di
mushallah depan rumah pak mustaqim RT.26 tersebut. Setelah istri beliau meninggal beliau
menikah lagi dengan ibu tukah yang masih tetangga beliau di RT.26. dan beliau kyai Nastain
mendirikan musholla dibelakang rumah beliau di RT.26 dan beliau masih hidup sampai saat
ini. Pada kepengurusannya beliau dibantu oleh Kyai Ismail Shohib sebagai Sekretaris-nya
(putra Bapak Shohib / cucu H.Abdurrahman). pada masa dahulu para tokoh dan masyarakat
tidak begitu memperhatikan masa khidmat / periode kepengurusan, selagi beliau sehat,
mampu dan istiqomah serta bersedia menjadi ketua ta’mir masjid.
Perkembangan waktu selanjutnya ketua ta’mir masjid dipercayakan pada kyai Haji
Mohammad Said yang juga di dampingi pak Ismail Shohib (putra Bapak Shohib / cucu
H.Abdurrahman) sebagai sekretarisnya dan H. Mohammad Anwar (menantu H.Abdullah
Amin) Sebagai Bendahara-nya. beliau bertempat tinggal di RT.17 urek-urek kampung barat
dan beliau mendirikan mushollah As-syakur di depan rumah beliau.
Perkembangan waktu selanjutnya ketua ta’mir masjid dipercayakan pada kyai Ischaq
Shohib (cucu H.Abdurahman) yang rumah beliau bertempat di RT.26 dan beliau juga menjadi
pengasuh majlis taklim Riyadhus Sholihah dengan para santri kampung yang belajar mengaji
pada beliau di mushollah samping rumah beliau, beliau juga guru sepuh di madrasah
MIFTAHUL ULUM tersebut. Pada masa kepengurusannya beliau didampingi oleh H. Zainuddin
(putra KH.Abdullah Amiin, ketua pengurus ke-2) bertempat tinggal di RT.27 dan beliau juga
sebagai guru - kepala Madrasah MIFTAHUL ULUM, beliau juga di dampingi Bapak Abdur
Rochim (PLN) bertempat tinggal di RT.25 sabagai Bendahara-nya sekaligus Abdurrochim juga
dipercaya sebagai ketua Pengurus Madrasah MIFTAHUL ULUM tersebut dan saat ini pak
Abdurrochim sudah meninggal dan dimakamkan di pemakaman umum desa urek-urek.
0 comments:
Posting Komentar